Ekonomi – Cianews – Pernyataan Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, yang menyebut "rakyat jelata" telah memicu kontroversi di tengah masyarakat. Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas peristiwa viral Gus Miftah yang bercanda dengan penjual es teh menggunakan kata-kata kasar. Meskipun banyak yang menganggapnya guyonan, ucapan Gus Miftah, yang juga Utusan Khusus Presiden, dinilai tidak pantas oleh sebagian masyarakat.
Istana Kepresidenan menyatakan kekecewaan atas tindakan Gus Miftah, menyatakan perilaku tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai yang dipegang Presiden. Namun, penggunaan istilah "rakyat jelata" oleh Adita Irawati untuk menggambarkan masyarakat yang tersinggung justru menuai kritik tajam.

Warganet ramai-ramai mengungkapkan ketidaksetujuannya di media sosial. Banyak yang menilai istilah tersebut merendahkan dan menciptakan jarak antara pejabat dan rakyat. Komentar-komentar pedas bertebaran di TikTok dan Twitter, mempertanyakan pilihan diksi Adita Irawati yang dianggap menjauhkan, bukannya merangkul rakyat.

Related Post
Menanggapi hujatan tersebut, Adita Irawati akhirnya memberikan klarifikasi. Ia mengakui kesalahan pemilihan kata dan menyampaikan permohonan maaf atas kontroversi yang ditimbulkan. Ia menjelaskan bahwa penggunaan istilah "rakyat jelata" berdasarkan definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti rakyat biasa, dan sama sekali tidak bermaksud merendahkan. Namun, klarifikasi tersebut belum sepenuhnya meredam kegeraman publik. Peristiwa ini menjadi sorotan tentang pentingnya kehati-hatian dalam berkomunikasi, terutama bagi pejabat publik.
Tinggalkan komentar