Ekonomi – Cianews – Warga Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) geram. Sungai Cipicung, sumber kehidupan mereka, berubah drastis. Airnya berubah warna menjadi hitam pekat, berbusa, dan berbau menyengat. Penyebabnya? Pencemaran air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti. Kondisi ini membuat warga mendesak Pemprov Jawa Barat untuk segera mengambil tindakan.
Hendi (40), warga Kampung Cinagrog, mengungkapkan keprihatinannya. Rencana Pemprov Jabar memperbaiki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di TPA Sarimukti disambut baik, namun ia menekankan pentingnya pemulihan Sungai Cipicung ke kondisi semula. "Kami setuju perbaikan IPAL, tapi yang terpenting air sungai harus kembali normal seperti dulu. Airnya bisa dipakai warga," tegasnya, Selasa (17/12/2024).

Pencemaran Sungai Cipicung berdampak luas. Bukan hanya Cipicung, anak sungai lainnya seperti Cipanawuan dan Ciganas juga terdampak. "Sawah-sawah kami tak bisa lagi diairi. Tanaman takut tercemar, padahal daerah sini rawan kekeringan," keluh Hendi. Ia menduga, volume air lindi yang dibuang sangat besar, terlihat dari warna air yang hitam pekat dan berbusa. Kondisi ini lebih parah saat kemarau, sementara saat hujan, pencemaran agak tersamarkan. Hendi khawatir, pengurasan kolam IPAL justru memperparah keadaan. "Takutnya malah makin buruk. Ikan-ikan di sungai sudah nggak ada lagi," tambahnya.

Related Post
Senada dengan Hendi, Sobirin (67) juga mengeluhkan kondisi Sungai Ciganas. Airnya berwarna kecokelatan pekat, berbusa, dan berbau menyengat. Ia menduga, kebocoran pipa outlet IPAL TPA Sarimukti menjadi penyebab utama. "Saya dan istri bertani di sekitar Sungai Ciganas. Setiap hari begini, baunya menyengat. Karena sudah terbiasa, ya kami tahan saja," tuturnya. Kasus ini menjadi sorotan dan mendesak Pemprov Jabar untuk segera menyelesaikan masalah pencemaran ini dan mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan warga.
Tinggalkan komentar