Guru Kunci Era AI: Transformasi Pendidikan Dimulai Kini!

cianews.co.id- Era kecerdasan buatan (AI) menuntut revolusi dalam dunia pendidikan. Bukan sekadar kemampuan digital, guru kini dihadapkan pada tantangan untuk menanamkan pola pikir komputasional (Computational Thinking/CT) pada setiap siswa. Inilah inti pesan krusial yang disampaikan oleh Prof. Erik Barendsen, seorang pakar pendidikan terkemuka dari Radboud University dan Open University, Belanda, dalam seminar bertajuk "STEM for Future Leaders: Empowering Teachers, Inspiring Students" yang diselenggarakan di Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Acara prestisius ini berhasil menarik perhatian lebih dari seratus pendidik, baik guru maupun dosen, dari berbagai penjuru tanah air yang berpartisipasi secara luring maupun daring. Seminar ini merupakan buah kolaborasi strategis antara Marvin Foundation, Fakultas Teknologi dan Rekayasa Cerdas (FTRC), serta Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, menunjukkan komitmen bersama untuk memajukan pendidikan.

Guru Kunci Era AI: Transformasi Pendidikan Dimulai Kini!
Gambar Istimewa : assets.jabarekspres.com

Dalam sesi khusus bertajuk "Digital Literacy and Computational Thinking: Lessons from Research," Prof. Barendsen secara lugas menekankan peran vital guru dalam menanamkan kemampuan berpikir komputasional sejak usia dini. "Computational Thinking bukan sekadar keterampilan teknis, melainkan jembatan yang menghubungkan permasalahan dunia nyata dengan solusi berbasis komputasi yang inovatif," jelas Prof. Erik. "Guru adalah arsitek utama yang harus menumbuhkan pola pikir ini, memastikan siswa kita tidak hanya melek digital, tetapi juga mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi kompleksitas era digital," tambahnya, merujuk pada pentingnya fondasi ini untuk masa depan.

Diskusi mendalam yang dimoderatori oleh Dr. Denny Andriana dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini turut menggarisbawahi urgensi pengembangan strategi pembelajaran berbasis CT. Tujuannya jelas: untuk secara signifikan meningkatkan kualitas pendidikan di setiap jenjang, dari dasar hingga perguruan tinggi, memastikan relevansi kurikulum dengan kebutuhan zaman.

Oscar Karnalim, S.T., M.T., Ph.D., SMIEEE, selaku Dekan FTRC, mengamini pandangan tersebut, menegaskan bahwa sinergi lintas lembaga merupakan pilar utama dalam membangun ekosistem pendidikan yang kokoh dan berbasis komunitas. "Setiap jenjang pendidikan memiliki dinamika dan tantangan uniknya sendiri," ujar Oscar. "Maka, menciptakan platform kolaboratif untuk berbagi pengetahuan dan merumuskan solusi bersama menjadi esensial agar pengajaran STEM dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, didorong oleh kekuatan komunitas," tambahnya, mengisyaratkan model pendidikan masa depan yang lebih adaptif.

Senada, Kurniawan Santoso, Founder Marvin Foundation, tak kalah lantang menyuarakan bahwa transformasi pendidikan mustahil terwujud tanpa peran sentral para guru. "Guru adalah garda terdepan, arsitek masa depan bangsa," tegas Kurniawan. "Dengan sinergi teknologi dan kolaborasi antarpihak, kita memiliki potensi besar untuk mencetak generasi yang tidak hanya inovatif, tetapi juga tangguh menghadapi gelombang tantangan digital. Ini bukan sekadar cita-cita, melainkan fondasi strategis untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045," pungkasnya, menekankan betapa krusialnya investasi pada kualitas pendidik saat ini.

Seminar ini juga diperkaya dengan sesi lanjutan bertajuk "Practical STEM & Leadership for Everyday Teaching," yang menghadirkan tiga figur inspiratif. Mereka adalah Ivan Ahda (Universitas Indonesia, pakar Ekosistem & Kebijakan Pendidikan), Rama Mamuaya (Founder DailySocial.id, praktisi inovasi terkemuka), serta Dr. Erwani Merry Sartika, S.T., M.T. (Edukator STEM dari Universitas Kristen Maranatha), yang berbagi wawasan praktis untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip STEM dalam pengajaran sehari-hari, memberikan bekal konkret bagi para pendidik.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar