Ekonomi – Cianews – Pratama Kicimpring, usaha rumahan di Kampung Pagermaneuh, Lembang, Kabupaten Bandung, sukses mempertahankan eksistensi kicimpring di tengah menjamurnya camilan modern. Septia (24), pengelola yang telah tujuh tahun memegang kendali usaha warisan ibunya ini, membagikan rahasia kelezatan camilan khas Sunda tersebut. Setiap harinya, 40 kg singkong diolah menjadi dua varian kicimpring: original dan manis pedas.
Proses pembuatannya diawali dengan pengupasan dan penumbukan singkong hingga halus. Adonan kemudian dibentuk bulat, lalu dipipihkan menggunakan cetakan. Kicimpring manis pedas mendapatkan sentuhan unik berupa ukiran garpu dan tambahan potongan cabai. Setelah itu, kicimpring dikukus sebelum dijemur hingga kering. Tahap akhir adalah penggorengan hingga renyah dan mengembang.
"Yang manis pedas lebih laris, mungkin karena rasanya lebih variatif," ungkap Septia. Meski demikian, kicimpring original tetap memiliki penggemar setia. Rasa otentik dan tekstur renyah menjadi daya tarik utama camilan ini, cocok dinikmati sebagai teman minum kopi atau teh di sore hari. Pratama Kicimpring beroperasi dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Keberhasilan Pratama Kicimpring membuktikan bahwa cita rasa tradisional tetap memiliki tempat di hati masyarakat.
Related Post
Tinggalkan komentar