Cianews – Harapan pendukung Anies Baswedan untuk melihat idolanya kembali memimpin salah satu provinsi di Indonesia pupus sudah. Mantan Capres Koalisi Perubahan ini memutuskan untuk tidak maju di Pilgub Jawa Barat.
Kronologi pencalonan Anies berawal dari kesediaannya untuk maju di Jakarta karena ada aspirasi warga yang menginginkan dia memimpin kembali. Selain itu, ada juga aspirasi dari Dewan Pimpinan Wilayah Partai yang mengusungnya saat Pilpres 2024, yaitu PKB, Nasdem, dan PKS. Ketiga partai ini kemudian mendeklarasikan dukungannya kepada Anies.
Related Post
Geisz Chalifah, seorang pengamat politik, mengungkapkan adanya operasi jahat yang dilakukan terhadap partai-partai yang ingin mengusung Anies. Ia menyebut Nasdem dan PKB menjadi target operasi tersebut. PKS juga diiming-imingi dengan syarat tidak boleh mencalonkan Anies.
Detail cerita terkait operasi ini, menurut Geisz, terlalu panjang. Namun, informasi yang bocor di media massa, khususnya Tempo, perlu dikoreksi, terutama mengenai waktu yang diberikan oleh PKS. Geisz menegaskan bahwa tidak ada komunikasi dengan Anies mengenai batas waktu tersebut.
"Bahkan saya mengajak dua orang petinggi dari partai itu dan satu orang kadernya, untuk melakukan mubahalah atas kebohongan pernyataan mereka di publik dan mereka menolak untuk Mubahalah," tegas Geisz melalui akun media sosialnya.
Ia menolak untuk berdiskusi atau beradu argumen karena hanya akan menghasilkan alasan-alasan yang tidak berdasar. Sebagai konsekuensi, Geisz mengambil langkah sederhana untuk mengungkap siapa yang berbohong. Ia menantang para petinggi partai tersebut untuk melakukan mubahalah, sebuah bentuk sumpah untuk membuktikan kebenaran. "Saya siap melakukannya karena mereka mengatakan sebagai partai dakwah," tuturnya.
Tinggalkan komentar