Cianews – Saiful Mujani, pakar politik kenamaan, kembali angkat bicara soal demokrasi di Indonesia. Kali ini, ia menyoroti pemberitaan majalah internasional The Economist yang menyebut "raja Jawa" telah membuat demokrasi Indonesia dalam keadaan darurat.
"Majalah top dunia, The Economist, sampai memberitakan bahwa raja Jawa bikin demokrasi Indonesia dalam keadaan darurat," ujar Saiful melalui akun X-nya @saiful_mujani (1/9/2024).
Related Post
Saiful menegaskan bahwa anggapan demokrasi tidak penting bagi publik adalah keliru. Ia menunjukkan bukti nyata, massa turun ke jalan sebagai respons terhadap ancaman terhadap demokrasi.
"Ngarang! Buktinya massa turun ke jalan karena demokrasi terancam," tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa tekanan massa memaksa DPR dan pemerintah untuk tidak melawan keputusan Mahkamah Konstitusi yang dianggap membela demokrasi.
"Massa membuat DPR dan pemerintah urung melawan keputusan Mahkamah Konstitusi yang membela demokrasi," ungkap Saiful.
Saiful menekankan bahwa pandangan yang menganggap demokrasi tidak relevan atau tidak penting adalah usang. Gerakan massa yang membela demokrasi membuktikan sebaliknya.
"Logika demokrasi ga penting dah usang bos!," tandasnya.
Sebelumnya, Bahlil, dalam pernyataan lewat pidatonya, meminta seluruh kader partai berlambang pohon beringin untuk tidak main-main dengan ‘Raja Jawa’. Bahlil bahkan menyebut konsekuensi dari ‘main-main’ dengan ‘Raja Jawa’ bisa membawa celaka.
Pernyataan Bahlil ini memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan tentang siapa sebenarnya ‘Raja Jawa’ yang dimaksud. Apakah ini hanya kiasan atau ada sosok nyata yang dimaksud?
Publik pun bertanya-tanya, apakah ‘Raja Jawa’ ini benar-benar mengancam demokrasi Indonesia?
Dapatkan berita terupdate dari Cianews di:
Tinggalkan komentar