Ekonomi – Cianews – Tak banyak yang tahu, proses pembuatan mushaf Al-Qur’an jauh lebih kompleks daripada buku biasa. Syamil Group, melalui wisata religi di pabriknya di Bandung, mengungkapkan rahasia di balik setiap lembaran suci tersebut. Wisata edukatif ini, yang telah berjalan sejak 2013, berawal dari inspirasi sang pemilik saat berkunjung ke percetakan Al-Qur’an terbesar di Madinah.
"Owner kami terinspirasi dari kunjungan tersebut. Ada edukasi yang membuka mata, lalu kami coba wujudkan di sini," jelas Muhammad Dzikri, Public Relations Syamil Group. Pabrik yang berdiri sejak 2006 ini, sejak 2012, dirancang untuk diakses publik sebagai sarana edukasi.
Dua nilai utama diusung: adab dalam mencetak mushaf dan kualitas bahan baku. Para pekerja harus suci, menjaga mushaf agar tak sejajar kaki, dan menangani mushaf rusak dengan penuh hormat. Mushaf rusak tidak dijual, melainkan dimusnahkan atau didaur ulang dengan prosedur khusus. Bahkan plat cetak dibersihkan sebelum dibuang.
"Kami ingin tunjukkan bahwa mushaf bukan sekadar produk cetak. Ada nilai dan adab yang harus dijaga," tegas Dzikri. Bahan baku, seperti lem dan tinta, juga dipastikan bebas najis dan bersertifikat halal. "Al-Qur’an jangan sampai tercemar secara zat. Ini yang kami edukasikan ke pengunjung," imbuhnya.
Lebih dari 10 ribu pengunjung, mulai dari pelajar, ibu-ibu pengajian, hingga lembaga percetakan, telah merasakan wisata religi ini. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, pun pernah berkunjung pada 2020. Wisata ini tak hanya sekadar wisata, tetapi juga pembelajaran berharga tentang adab dan proses pembuatan kitab suci.
Tinggalkan komentar