Ekonomi – Cianews – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandung melayangkan kritik pedas terhadap Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Kritik tersebut dilayangkan menyusul insiden permintaan Farhan kepada seorang wartawan agar diam saat ditanya soal penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Cicadas. Ketua AJI Kota Bandung, Iqbal Lazuardi, menyatakan kekecewaannya atas respons tersebut.
"Intinya, siapa pun harus menghormati kerja jurnalistik. Wawancara dan proses tanya jawab adalah bagian dari kerja jurnalistik yang perlu dihormati, termasuk oleh Wali Kota," tegas Iqbal. Ia menambahkan bahwa proses jurnalistik itu sendiri merupakan hak publik untuk mendapatkan informasi. Menurut Iqbal, meskipun mungkin bermaksud bercanda, perintah "diam" dari Farhan tetap menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap profesi jurnalistik. "Intensi menyuruh wartawan diam berarti tidak menghargai kerja jurnalistik," tandasnya.

Iqbal menekankan bahwa sebagai pejabat publik nomor satu di Kota Bandung, Farhan seharusnya lebih bijak dalam merespons pertanyaan, terutama dari awak media. "Sebagai pejabat publik, seharusnya tidak demikian," tegasnya.

Related Post
Insiden tersebut bermula saat wartawan Inspira TV, Tri Widiyantie, mencoba menjelaskan maksud pertanyaannya terkait penataan PKL di Cicadas. Namun, Farhan justru memotong dan meminta Tri untuk diam, seolah mengabaikan penjelasan wartawan tersebut. Tri mengaku terkejut dengan respons tersebut. Ia hanya ingin menanyakan evaluasi kinerja Pemkot Bandung terkait target penataan PKL yang sebelumnya dijanjikan selesai dalam satu bulan. "Intinya, tidak menyangka jawaban Wali Kota seperti itu. Padahal itu pertanyaan biasa terkait PKL, sekalian menanyakan evaluasi kinerja Pemkot yang katanya menargetkan satu bulan untuk pembenahan dan penataan PKL, termasuk PKL di trotoar," ungkap Tri. Ia juga menyoroti banyaknya PKL yang berjualan di lahan milik Pemkot.
Tinggalkan komentar