Ekonomi – Cianews – Wacana libur sekolah selama sebulan penuh di bulan Ramadan tengah menjadi perbincangan hangat. Usulan ini muncul setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bertemu dengan Menko PMK, membahas kemungkinan libur panjang selama Ramadan dan Idul Fitri. Keputusan final, menurut Mendikdasmen, akan dibahas bersama Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri di bawah koordinasi Kemenko PMK.
Reaksi beragam pun bermunculan. Risma Handayani (35), warga Padalarang, Bandung Barat, mengungkapkan dukungannya. "Saya setuju, tapi libur bukan berarti berhenti belajar," tegas Risma, yang merasakan langsung kebijakan serupa di era Gus Dur. Saat itu, lanjutnya, sekolah menerapkan program Pesantren Kilat selama 10 hari di awal Ramadan, sisanya libur penuh hingga Idul Fitri. Menurutnya, sistem ini efektif.
Namun, pendapat berbeda diutarakan Elis (27), orang tua siswa SD Ciburuy, Padalarang. Ia lebih cenderung agar anak-anak tetap bersekolah, dengan penyesuaian materi pelajaran yang lebih menekankan aspek keagamaan selama Ramadan. Perdebatan ini pun menunjukkan adanya tarik ulur antara keinginan memberikan waktu istirahat lebih banyak bagi siswa dengan kepentingan kelangsungan proses belajar mengajar. Wacana ini jelas memicu perdebatan seru di tengah masyarakat. Apakah Pesantren Kilat menjadi solusi ideal? Kita tunggu saja keputusan pemerintah.
Related Post
Tinggalkan komentar