Ekonomi – Cianews – Aroma janur wangi menyambut siapapun yang melewati Gang Kupat, Bandung. Bukan sekadar gang sempit, tempat ini adalah jantung produksi ketupat, komoditas wajib Lebaran. Para perajin di sini merasakan berkah Ramadan tahun ini dengan lonjakan pesanan yang luar biasa.
Tata, salah satu perajin ketupat yang sudah puluhan tahun menekuni profesi ini, mengungkapkan peningkatan permintaan yang signifikan. "Sekarang sehari bisa dapat 1.000 ketupat. Kalau yang lebih cepat bisa sampai 2.000," ujarnya kepada cianews.co.id. Ia menambahkan, "Tahun kemarin total produksi kami 7.000 ketupat, tapi sekarang sudah 7.000 padahal belum puncaknya. Jadi tahun ini memang lebih banyak." Permintaan tak hanya dari Bandung, tetapi juga merambah Jakarta dan Tangerang, mengisi kekosongan pasokan di daerah tersebut. Bahkan, Tata pernah menerima pesanan 300 ketupat seharga Rp1 juta karena tingginya permintaan. "Kadang kalau di Jakarta kosong, ada yang pesan ke sini. Banyak yang merasa belum ‘boboran’ (lebaran) kalau belum punya ketupat," katanya sambil cekatan merangkai janur.

Iroh, perajin ketupat lainnya yang telah berusia 65 tahun, turut merasakan manisnya peningkatan produksi. "Dalam sehari bisa sampai 1.000 ketupat," tuturnya. Ia menjual ketupat mulai Rp10.000 per ikat dan memperkirakan akan memproduksi hingga 25.000 ketupat selama Ramadan ini. "Tahun ini perkiraan bisa mencapai 25 ribu kupat, mulai dari pagi sampai sore," pungkasnya. Kesibukan para perajin di Gang Kupat ini menjadi bukti nyata betapa ketupat tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Indonesia. Lonjakan pesanan ini menunjukkan optimisme ekonomi masyarakat menjelang hari raya.

Related Post









Tinggalkan komentar